Nostalgia Compact Disc: Dari Media Populer hingga Menjadi Simbol Era yang Telah Berlalu

ompact Disc atau yang biasa disebut CD pernah menjadi primadona dalam dunia distribusi konten, baik itu musik, film, game, maupun software PC. Bagi generasi yang tumbuh di era 90-an hingga awal 2000-an, CD adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital masa itu.

Namun seiring perkembangan teknologi, kepopuleran CD mulai meredup. Media penyimpanan yang lebih canggih seperti DVD, Blu-ray, hingga flash drive dan layanan cloud membuat CD perlahan tergeser. Apalagi dengan munculnya layanan streaming seperti Spotify dan Netflix, kebutuhan akan media fisik semakin menurun drastis.

Di masa jayanya, CD bukan sekadar alat penyimpan data. Ia menjadi simbol transisi dari dunia analog ke digital. Pemutar CD adalah benda wajib di rumah-rumah, toko musik selalu ramai, dan gamer PS1 serta PC akrab dengan cakram yang harus dijaga agar tidak tergores. Bahkan saat PlayStation 2 sudah merajalela, distribusi game PS1 via CD masih marak di Indonesia.

Di sisi musik, CD adalah bentuk cinta terhadap karya fisik. Musisi merilis album dalam bentuk cakram dengan desain cover yang artistik. Membeli CD bukan hanya mendengarkan musik, tapi juga pengalaman memiliki karya secara utuh. Hal ini sangat berbeda dengan era sekarang yang dikendalikan oleh algoritma rekomendasi, di mana pengalaman menemukan musik menjadi kurang personal.

Meskipun begitu, CD belum sepenuhnya punah. Jepang, misalnya, masih menjadikan CD sebagai media utama distribusi musik. Bahkan, di kalangan kolektor dan audiophile, CD tetap dianggap memiliki nilai tersendiri—baik secara kualitas audio maupun sentimentalitas.

Di tengah dominasi digital, CD kini mungkin dianggap kuno, bahkan asing bagi generasi Alpha. Namun, bagi banyak orang, CD adalah pengingat masa lalu yang penuh kenangan. Proses memilih album di toko musik, menunggu loading game dari CD-ROM, atau membakar lagu ke dalam CD-R adalah momen yang sulit tergantikan.

Jadi, apakah kamu rindu dengan era media fisik seperti CD?
Mungkin bukan karena kepraktisannya, tapi karena nilai emosional dan personal yang tak bisa ditiru oleh media digital mana pun. CD bukan hanya sebuah media, tapi juga simbol dari era yang lebih sederhana, lebih personal, dan lebih terasa “punya kita sendiri.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *